Ketika Rasulullah ﷺ tiba di Madinah dalam peristiwa hijrah, beliau tak hanya disambut sebagai seorang nabi, tapi juga sebagai kerabat. Ada sebuah kabilah kecil yang menyambut beliau dengan cinta yang lebih dari sekadar semangat keimanan—karena mereka adalah keluarga. Mereka adalah Bani Najja, suku dari Madinah yang punya ikatan darah langsung dengan Rasulullah ﷺ.
Jejak Bani Najja di Tanah Madinah
Bani Najja adalah salah satu kabilah dari suku besar Khazraj, yang sudah lama mendiami Yatsrib—nama lama Kota Madinah. Sebelum Islam datang, mereka hidup berdampingan (dan kadang bertikai) dengan suku Aus. Namun semua berubah saat cahaya Islam menyinari tanah mereka.
Yang membuat Bani Najja berbeda dari suku lainnya adalah satu hal penting: mereka punya hubungan darah dengan Nabi Muhammad ﷺ. Kakek beliau, Abdul Muthalib, adalah anak dari Salma binti Amr, seorang wanita dari Bani Najja. Artinya, sebelum Nabi hijrah ke Madinah, benih Madinah sudah ada dalam darah beliau.
Perjalanan hijrah Rasulullah ﷺ dari Makkah ke Madinah bukan sekadar pelarian dari tekanan Quraisy. Itu adalah kembali ke akar, kembali ke keluarga yang siap merangkul. Saat unta Nabi berhenti di tanah milik dua anak yatim dari Bani Najja, beliau memutuskan untuk tinggal di sana. Tanah itu dibeli, lalu dibangunlah Masjid Nabawi, pusat peradaban Islam.
Tak lama setelah itu, Nabi menetap di rumah seorang sahabat, Abu Ayyub Al-Anshari, yang juga berasal dari kalangan Khazraj. Kedekatan antara Nabi dan masyarakat Bani Najja terasa begitu alami. Mereka bukan hanya kaum Anshar—mereka adalah bagian dari keluarga besar beliau.
Kisah Bani Najja tidak berhenti di momen hijrah. Mereka menjadi bagian dari barisan pertama pembela Islam. Mereka ikut berjuang dalam Perang Badar, Uhud, dan Khandaq. Mereka berdiri di samping Nabi saat masa-masa sulit, membuktikan bahwa ikatan darah bukan sekadar nasab, tapi komitmen perjuangan.
Di antara mereka ada banyak tokoh yang tak disebutkan namanya dalam sirah populer, namun menjadi pondasi awal berdirinya masyarakat Islam di Madinah. Mereka bekerja, berperang, dan berdoa bersama Nabi. Diam-diam, Bani Najja menjadi salah satu fondasi sejarah yang tak boleh dilupakan.
Kisah Bani Najja mengajarkan kita bahwa perjuangan Islam bukan hanya soal iman dan ideologi, tapi juga tentang hubungan manusia—tentang keluarga, tentang tanah kelahiran, tentang pulang ke akar. Di balik peristiwa hijrah, ada pelukan keluarga yang diam-diam menyambut Rasulullah ﷺ dengan cinta yang sangat dalam.



0 Comments